Halaman

Sabtu, 10 November 2012

Indonesia akan memimpin Dunia


     Berikut adalah sebuah cerita yang saya dapatkan dari sebuah forum,
sangat menyentuh dan semoga dapat membuka mata kita semua yang
merasa sebagai anak bangsa indonesia tercinta ini. Silakan disimak !

     Kata orang singapura tentang Indonesia.
Ini adalah sebuah cerita nyata yang diceritakan dari sebuah mailist dan telah diceritakan dari forum ke forum dan blog di internet. Mungkin anda patut mengetahui cerita ini.

     diceritakan seorang warga negara singapura yang sedang berkunjung ke indonesia
(Lampung tepatnya saat itu) bertemu dengan sahabatnya (orang Indonesia) dibandara dan merekapun saling tegur sapa dilanjutkan dengan obrolan yang membuat anda-anda semua akan lebih mencintai dan menumbuhkanrasa nasionalisme terhadap indonesia.

langsung saja silahkan simak cerita tersebut.

     Suatu pagi di Bandar Lampung, kami menjemput seseorang di bandara.
Orang itu sudah tua, kisaran 60 tahun. Sebut saja si bapak.

     Si bapak adalah pengusaha asal singapura, dengan logat bicara gaya melayu,
english, (atau singlish) beliau menceritakan pengalaman-pengalaman
hidupnya kepada kami yang masih muda. Mulai dari pengalaman bisnis,
spiritual, keluarga, bahkan percintaan hehehe..

     Your country is so rich! (Negara kamu itu sangat kaya!), Ah biasa banget kan
dengar kata-kata begitu. Tapi tunggu dulu..


     Si bapak melanjutkan ucapan-nya
Indonesia doesn’t need the world, but the world needs Indonesia!
(Indonesia tidak memerlukan dunia ini. Dunia inilah yang butuh indonesia!)

     Everything can be found here in Indonesia, u don’t need the world!
(Semua telah tersedia di indonesia, kalian tidak memerlukan dunia!)

     Mudah saja, Indonesia paru-paru dunia. Tebang saja hutan di Kalimantan,
dunia pasti kiamat. Dunia yang butuh Indonesia !

     “Singapore is nothing, we cant be rich without Indonesia . 500.000 orang
Indonesia berlibur ke Singapura setiap bulan. Bisa terbayang uang yang masuk ke kami, 
apartemen-apartemen dan condo terbaru kami yang membeli pun orang-orang indonesia,
tidak peduli harga yang selangit, laku keras. Lihatlah rumah sakit kami,
orang Indonesia semua yang berobat.”

     “Kalian tahu bagaimana kalapnya pemerintah kami ketika asap hutan Indonesia masuk?
Ya, benar-benar panik. sangat terasa, we are nothing.”

     “Kalian tidak tau kan kalau Agustus kemarin (tahun lalu) saat dunia krisis beras.
Termasuk di Singapura dan Malaysia, kalian di Indonesia dengan mudah dapat beras”

     “Lihatlah negara kalian, air bersih dimana-mana.. lihatlah negara kami,
air bersih pun kami beli dari malaysia. Saya pernah ke Kalimantan,
bahkan pasir pun mengandung permata. Terlihat glitter kalo ada matahari bersinar.
Petani disana menjual Rp3000/kg ke sebuah pabrik di China.
Dan si pabrik menjualnya kembali seharga Rp 30.000/kg. Saya melihatnya sendiri”

     “Kalian sadar tidak kalau negara-negara lain selalu takut meng-embargo Indonesia?!
Ya, karena negara kalian memiliki segalanya. Mereka takut kalau kalian menjadi mandiri,
makanya tidak di embargo. Harusnya KALIANLAH YANG MENG-EMBARGO DIRI KALIAN SENDIRI.
Belilah dari para petani kita sendiri, belilah tekstil garmen dari pabrik-pabrik sendiri.
Tak perlu kalian impor klo bisa produksi sendiri.”

     “Jika kalian bisa mandiri, bisa MENG-EMBARGO DIRI SENDIRI, Indonesia will rules the world..” 
(Indonesia akan Mengendalikan Dunia Ini)





Read More . .

Jumat, 09 November 2012

Novel Habiburrahman El Shirazy ( Diatas Sajadah Cinta )



Ketika Derita Mengabadikan Cinta



    Kini tibalah saatnya kita semua mendengar nasihat pernikahan untuk kedua mempelai
yang akan disampaikan oleh yang terhormat prof.Dr.Mamduh Hassan Al Gonzouri.
Beliau adalah ketua Ikatan Doktor Cairo dan direktor Rumah Sakit Qashrul Aini, seorang
pakar saraf terkemuka di Timur Tengah, yang tidak lain adalah juga pensyarah bagi
kedua mempelai. Kepada Professor Mamduh dipersilakan”.

     Suara pengerusi majlis walimatul urs’ itu bergema di seluruh ruangan majlis pernikahan nan mewah di Hotel Hilton Ramses yang terletak di tepi Sungai Nil, Cairo.
Seluruh hadirin menanti dengan penuh penasaran, apa kiranya yang akan disampaikan pakar saraf kelulusan London itu. Hati mereka menanti-nanti, mungkin akan ada kejutan baru mengenai hubungan pernikahan dengan kesihatan saraf dari profesor yang murah dengan senyuman dan sering muncul di televisyen itu.

     Sejurus kemudian, seorang lelaki separuh baya berambut putih melangkah
menuju pentas. Langkahnya tegap. Air muka di wajahnya memancarkan
kewibawaan. Kepalanya yang sedikit botak meyakinkan bahawa ia memang ilmuwan
berjaya. Sorot matanya tajam dan kuat, mengisyaratkan peribadi yang tegas. Sebaik
sampai di pentas, kamera video dan lampu sorot terus menyunting ke arahnya. Sesaat
sebelum berbicara, seperti biasa, ia sentuh bingkai kacamatanya,lalu…

     Bismillah. Alhamdulillah. Wash shalatu was salamu’ala Rasulillah. Amma ba’du.
Sebelumnya saya mohon maaf, saya tidak boleh memberikan nasihat lazimnya para
ulama, para mubaligh, atau para ustadz. Namun pada kesempatan kali ini
perkenankan saya bercerita.

     Cerita yang hendak saya sampaikan kali ini bukan khayalan belaka dan bukan
cerita biasa. Tetapi sebuah pengalaman hidup yang tidak ternilai harganya, yang
telah saya kecap dengan segenap jasad dan jiwa saya. Harapan saya, mempelai
berdua dan seluruh hadirin yang dimuliakan Allah boleh mengambil hikmah dan
pelajaran yang dikandungnya. Ambillah mutiaranya dan buanglah lumpurnya. Saya
berharap kisah nyata saya ini dapat melunakkan hati-hati yang keras, melukiskan
nuansa-nuansa cinta dan kedamaian, serta menghadirkan kesetiaan pada segenap
hati yang menangkapnya.

     Hadirin yang terhormat,
     Tiga puluh lima tahun yang lalu. Saya adalah seorang pemuda, hidup di tengah
keluarga bangsawan menengah ke atas. Ayah saya seorang perwira berpangkat
tinggi, keturunan “Pasha” yang sangat terhormat di negeri ini. Ibu saya tak kalah
terhormatnya, seorang lady dari keluarga bangsawan terkemuka di Ma’adi, ia
berpendidikan tinggi, pakar ekonomi lulusan Sorbonne yang memegang jawatan
penting dan sangat dihormati kalangan elit politik negeri ini. Saya anak sulung, adik
saya dua, lelaki dan perempuan. Kami hidup dalam suasana kebangsawanan dengan
aturan hidup tersendiri. Perjalanan hidup sepenuhnya diatur dengan undang-undang
dan norma kebangsawanan. Keluarga besar kami hanya mengenal pergaulan
dengan kalangan bangsawan atau kalangan high class sepadan!

     Entah mengapa, saya merasa tidak puas dengan cara hidup seperti ini. Saya
merasa terkongkong dan terbelenggu oleh golongan sosial yang didewa-dewakan
keluarga. Saya tidak merasakan hidup sebenar yang saya cari. Saya lebih merasa
hidup justeru saat bergaul dengan teman-teman dan kalangan bawahan yang
menghadapi kehidupan dengan penuh tentangan dan perjuangan. Hal ini ternyata
membuat keluarga saya gusar, mereka menganggap saya ceroboh dan tidak boleh
menjaga status sosial keluarga. Pergaulan saya dengan orang-orang yang selalu

basah keringat dalam mencari pengalas perut dianggap memalukan keluarga,
namun saya tidak ambil peduli.

     Kerana ayah memperoleh warisan yang sangat besar dari datuk, dan ibu
mampu mengembangkannya berlipat kali ganda, maka kami hidup mewah dengan
selera tinggi. Jika musim panas tiba, kami biasa bercuti ke luar negeri, ke Paris, Rom,
Sydney atau kota besar dunia lainnya. Jika bercuti di dalam negeri, ke Alexandria
misalnya, maka pilihan keluarga kami adalah hotel San Stefano atau hotel mewah di
dalam Montaza yang berdekatan dengan istana Raja Faruq.

     Sebaik masuk fakulti kedoktoran, saya dibelikan kereta mewah. Berkali-kali saya
minta pada ayah untuk menggantikannya dengan kereta biasa sahaja, agar lebih
senang bergaul dengan teman-teman dan para pensyarah. Tapi beliau menolak
mentah-mentah.

“Justeru dengan kereta mewah itu kamu akan dihormati siapa sahaja”.Tegas
ayah. Terpaksa saya pakai kereta itu meskipun dalam hati saya membantah pendapat
materialistik ayah. Dan agar lebih selesa di hati, saya meletakkan kereta itu jauh dari
tempat kuliah.

     Di kuliah saya jatuh cinta pada teman sekuliah. Seorang gadis yang penuh
pesona zahir batin. Saya tertarik dengan kesederhanaan, kesahajaan, dan kemuliaan
akhlaknya. Dari keteduhan wajahnya saya menangkap dalam relung hatinya
tersimpan kesetiaan dan kelembutan tiada tara. Kecantikan dan kecerdasannya
sangat menakjubkan. Ia gadis yang beradab dan berprestasi, sama seperti saya.

Gayung pun bersambut. Dia ternyata juga menyintai saya. Saya merasa telah
menemukan pasangan hidup yang tepat. Kami berjanji untuk menempatkan cinta ini
dalam ikatan suci yang diredhai Allah, iaitu ikatan pernikahan. Akhirnya kami berdua
lulus dengan nilai tertinggi di fakulti. Maka datanglah saatnya untuk mewujudkan
impian kami berdua menjadi kenyataan. Kami ingin memadu cinta penuh bahagia di
jalan yang lurus. Saya buka keinginan untuk melamar dan menikahi gadis pujaan hati
pada keluarga. Saya ajak dia berkunjung ke rumah. Ayah, ibu dan saudara mara saya
semuanya takjub dengan kecantikan, kelembutan, dan kecerdasannya. Ibu saya
memuji cita rasanya dalam memilih warna pakaian serta tutur bahasanya yang halus.

     Selepas kunjungan itu, ayah bertanya tentang pekerjaan ayahnya. Sebaik saja
saya beritahu, serta merta meledaklah badai kemarahan ayah dan terus membanting
gelas yang ada berdekatannya. Bahkan beliau mengancam: “Pernikahan ini tidak
boleh terjadi selamanya!” Beliau menegaskan bahawa selama beliau masih hidup
rancangan pernikahan dengan gadis berakhlak mulia itu tidak boleh terjadi. Pembuluh
otak saya nyaris pecah pada saat itu menahan remuk redam kepedihan batin yang
tak terkira.

     Hadirin semua, adakah Anda tahu apa sebabnya? Kenapa ayah saya berlaku
sedemikian kejam? Sebabnya, kerana ayah calon isteri saya itu adalah tukang
cukur…..tukang cukur, ya sekali lagi…tukang cukur! Saya katakan dengan bangga.
Kerana meski hanya tukang cukur, dia seorang lelaki sejati. Seorang pekerja keras yang
telah menunaikan kewajipannya pada keluarganya. Dia telah mengukir satu prestasi
yang tak banyak dilakukan para bangsawan “Pasha”. Melalui tangannya ia lahirkan
tiga orang doktor, seorang jurutera dan seorang leftenan, meskipun dia sama sekali
tidak pernah mengecap bangku pendidikan.

     Ibu, saudara dan seluruh keluarga berpihak pada ayah. Saya sendiri berdiri,
tiada yang membela. Pada saat yang sama adik lelaki saya membawa pasangannya
yang telah hamil dua bulan ke rumah. Minta direstui. Ayah, ibu terus merestui dan
menyiapkan biaya majlis pernikahannya sebanyak lima ratus ribu pound. Saya protes
kepada mereka, kenapa ada perlakuan tidak adil seperti ini? Kenapa saya yang ingin
bercinta di jalan yang lurus tidak direstui sedangkan adik saya yang jelas-jelas telah
berzina , bertukar ganti pasangan dan akhirnya menghamilkan pasangannya yang
entah  keberapa di luar aqad nikah, malah direstui dan diberi biaya maha besar?
Dengan senang ayah menjawab: “Kerana kamu memilih pasangan hidup dari
golongan yang salah dan akan menurunkan martabat keluarga, sedangkan teman
wanita adik kamu yang hamil itu anak menteri, dia akan  menaikkan martabat
keluarga besar Al Gonzouri”.

     Hadirin semua, semakin perit luka dalam hati saya. Kalau dia bukan ayah saya
tentu sudah tentu saya maki habis-habisan. Mungkin itulah tanda kiamat mahu
datang, yang ingin  hidup bersih dengan menikah dihalangi, namun yang jelas berzina
justeru terus dibiayai. Dan dengan menyebut asma Allah, saya putuskan untuk
membela cinta dan hidup saya. Saya ingin buktikan pada siapa saja, bahawa cara
dan pasangan bercinta pilihan saya adalah benar. Saya tidak ingin apa-apa selain
menikah dan hidup baik-baik sesuai dengan tuntunan suci yang saya yakini
kebenarannya. Itu saja. Saya bawa kaki ini melangkah ke rumah kasih dan saya temui
ayahnya.

     Dengan penuh kejujuran saya jelaskan apa yang sebenarnya terjadi,
dengan harapan beliau berlaku bijak merestui rancangan saya. Namun la haula wala
quwwata illa billah, saya dikejutkan oleh sikap beliau setelah mengetahui penolakan
keluarga saya. Beliau pun menolak mentah-mentah untuk mengahwinkan puterinya
dengan saya. Bahkan juga bersumpah tidak akan merestui  hal itu selamanya, demi
kehormatan keluarganya. Dia tidak rela keluarganya menjadi bahan ejekan dan
hinaan kalangan “Pasha”. Namun puterinya berkeras ingin menikah dengan saya dan
tidak akan menikah kecuali dengan saya. Ternyata beliau menjawabnya dengan
reaksi lebih keras, beliau tidak menganggapnya sebagai anak jika tetap nekad
bernikah dengan saya.

     Kami berdua bingung, jiwa kami terseksa. Keluarga saya menolak pernikahan ini
terjadi kerana alasan status sosial, sedangkan keluarga dia menolak kerana alasan
membela kehormatan. Berhari-hari saya dan dia hidup berlinang air mata, beratap
dan bertanya kenapa orang–orang itu tidak memiliki kesejukan cinta?

     Setelah berfikir panjang, akhirnya saya putuskan untuk mengakhiri penderitaan
ini. Suatu hari saya ajak gadis yang saya cintai itu ke pejabat ma’adzun syari (petugas
pencatat nikah) disertai tiga orang sahabat karibku. Kami berikan identiti kami dan
kami minta ma’adzun untuk melaksanakan akad nikah kami secara syar’i mengikut
madzhab Imam Hanafi. Ketika ma’adzun menutun  saya: “Mamduh, ucapkanlah
kalimat ini: Saya terima nikah kamu sesuai dengan sunnatullah wa rasulihi dan dengan
mahar yang kita sepakati bersama serta dengan memakai madzhab Imam Abu
Hanifah Radiyallahu ‘anhu”.  Seketika itu bercucuranlah air mata saya, airmata dia
dan airmata ketiga sahabat saya yang tahu secara detail perjalanan menuju aqad
nikah itu.

     Kami keluar dari pejabat itu dengan rasmi sebagai suami-isteri yang sah di
mata Allah Subhanahu wa Ta’ala dan manusia. Kami punya bukti sah sebagai suami
isteri yang diakui negara dan diakui syariat. Kami telah bertekad siap mengahadapi
kemungkinan hidup ini murni dengan kekuatan kami, tanpa sandaran dan dukungan
siapa pun kecuali pertolongan Allah Subhanahu wa Ta’ala. Saya bisikkan dalam
telinga isteri saya agar menyiapkan kesabaran lebih, sebab rasanya penderitaan ini
belum berakhir.

     Seperti yang saya duga, penderitaan itu belum berakhir, aqad nikah kami
membuat murka keluarga. Prahara kehidupan menanti di depan mata. Sebaik saja
mencium pernikahan kami, saya diusir oleh ayahku dari rumah. Kereta dan segala
kemudahan yang ada disita. Saya pergi dari rumah tanpa membawa apa-apa.
Kecuali beg lusuh berisi beberapa pasang pakaian dan duit sebanyak tujuh pound
saja, hanya empat pound! Itulah sisa duit yang saya miliki selesai membayar duit aqad
nikah di pejabat ma’adzun. Begitu pula dengan isteriku, ia turut diusir oleh
keluarganya. Lebih tragis ia hanya membawa beg kecil berisi pakaian dan wang
sebanyak dua pound, tidak lebih. Total, kami hanya pegang enam pound atau dua
dolar. Ah, apa yang boleh kami lakukan dengan enam pound. Kami berdua bertemu
di jalanan umpama gelandangan.

     Saat itu adalah bulan Februari, tepat pada puncak musim dingin. Kami menggigil. Rasa cemas, takut, sedih, dan sengsara bercampur aduk menjadi satu. Hanya saja saat mata kami yang berkaca-kaca bertatapan penuh cinta dan jiwa menyatu dalam dakapan kasih sayang, rasa berdaya dan hidup
menjalari sukma kami.

     “Habibi, maafkan Kanda yang membawamu ke jurang kesengsaraan seperti ini
Maafkan kanda!.

     “Tidak Kanda tidak salah, langkah yang Kanda tempuh benar. Kita telah berfikir
benar dan bercinta dengan benar. Merekalah yang tidak boleh menghargai
kebenaran. Mereka masih diselimuti cara berfikir anak kecil. Suatu ketika mereka akan
tahu bahawa kita benar dan tindakan mereka salah. Saya tidak menyesal dengan
langkah yang kita tempuh ini, percayalah, insya Allah, saya akan sentiasa
mendampingi Kanda, selama Kanda setia membawa dinda di jalan yang lurus. Kita
akan buktikan pada mereka bahawa kita boleh hidup dan berjaya dengan keyakinan
cinta kita. Suatu ketika saat kita gapai kejayaan itu, kita hulurkan tangan kita dan kita
berikan senyuman kita pada mereka dan mereka akan menangis haru. Airmata
mereka akan mengalir deras seperti derasnya airmata derita kita saat ini.” Jawab isteri
saya dengan terisak dalam pelukan. Kata-katanya memberikan pengaruh yang luar
biasa dalam diri saya. Lahirlah rasa optimisme untuk hidup. Rasa takut dan cemas itu
sirna seketika. Apalagi teringat bahawa satu bulan lagi kami akan dilantik menjadi
doktor. Dan sebagai lulusan terbaik masing-masing dari kami akan menerima
penghargaan dan wang sebanyak 40 pound.

     Malam semakin larut dan hawa dingin semakin menggigit. Kami duduk di kaki
lima kedai berdua sebagai orang melarat yang tidak punya apa-apa. Dalam
kebekuan otak kami terus berputar mencari jalan keluar. Tidak mungkin kami tidur di
kaki lima kedai itu. Jalan keluar itu pun datang jua. Dengan sisa wang pound itu kami
boleh meminjam telefon di sebuah kedai dua puluh empat jam. Saya Berjaya
menghubungi seorang teman yang boleh memberi pinjaman sebanyak 50 pound. Ia
bahkan menghantarkan kami dengan keretanya mencarikan lokandat (rumah
penginapan) ala kadarnya yang murah.

     Saat kami berteduh dalam bilik sederhana, segeralah kami disedarkan kembali
bahawa kami berada di lembah kehidupan yang susah, kami harus mengharunginya
berdua dan tidak ada yang menolong kecuali cinta, kasih sayang dan perjuangan
keras kami berdua serta rahmat Allah Subhanahu wa Ta’ala. Kami hidup dalam
lokandat itu beberapa hari, sampai teman kami berjaya menemukan rumah sewa
sederhana di daerah kumuh Syubra Kaimah.

     Bagi kaum bangsawan, rumah sewa kami mungkin dipandang sepantasnya
adalah untuk kandang binatang kesayangan mereka. Bahkan rumah kesayangan
mereka mungkin lebih bagus dari rumah sewa kami. Namun bagi kami, ini adalah
hadiah dari langit. Apapun bentuk rumah itu,jika seorang gelandang tanpa rumah
menemukan tempat berteduh, ia bagaikan mendapat hadiah agung dari langit.
Kebetulan yang tuan punya rumah sedang memerlukan wang, sehingga dia
menerima aqad sewa tanpa wang jaminan dan wang perkhidmatan lainnya. Jadi
sewanya tak lebih dari 25 pound saja untuk tiga bulan. Betapa bahagianya kami saat
itu, segera kami pindah ke sana. Lalu kami membeli perkakas rumah untuk pertama
kalinya. Tidak lebih dari sebuah tilam kasar dari kapas, dua bantal, satu meja kayu
kecil, dua kerusi dan satu dapur gas sederhana sekali, kipas, dan dua cangkir dari
tanah, itu saja tak lebih.

     Dalam hidup yang bersahaja dan belum boleh dikatakan layak itu, kami tetap
merasa bahagia, kerana kami selalu bersama. Adakah di dunia ini kebahagiaan
melebihi pertemuan dua orang yang diikat kuatnya cinta? Hidup bahagia adalah
hidup dengan ghairah cinta. Dan kenapakah orang-orang di dunia merindukan syurga
di akhirat. Kerana di syurga Allah menjanjikan cinta. Ah, saya jadi teringat perkataan
Ibnul Qayyim, bahawa ni’matnya persetubuhan cinta yang dirasa sepasang suami
isteri di dunia adalah untuk memberikan gambaran setitis rasa ni’mat yang disediakan
Allah di syurga. Jika percintaan suami isteri itu ni’mat, maka syurga jauh lebih ni’mat
dari itu semua. Ni’mat cinta di syurga tidak boleh dibayangkan. Yang paling ni’mat
adalah cinta yang diberikan Allah kepada penghuni syurga, saat Allah
memperlihatkan wajahNya. Dan tidak semua penghuni syurga berhak meni’mati
indahnya wajah Allah Subhanahu wa Ta’ala. Untuk mencapai ni’mat cinta itu, Allah
menurunkan petunjuknya iaitu Al-Quran dan Sunnah. Yang konsisten mengikuti
petunjuk Allahlah yang berhak memperoleh segala cinta di syurga.

     Melalui penghayatan cinta ini, kami menemukan jalan-jalan lurus mendekatkan
diri kepadaNya. Isteri saya jadi rajin membaca Al-Quran, lalu memakai tudung, dan
tiada putus solat malam. Di awal malam ia menjelma menjadi puteri raja yang cantik
mengghairahkan. Di akhir malam ia menjelma menjadi Rabiah Adawiyah yang larut
dalam samudera munajat kepada Tuhan. Pada waktu siang dia adalah doktor yang
penuh pengabdian dan belas kasihan. Ia memang wanita yang berkarakter dan
berperibadian kuat, ia bertekad untuk menempuh hidup berdua tanpa bantuan siapa
pun, kecuali Allah Subhanahu wa Ta’ala. Dia juga seorang wanita yang pandai
mengurus wang . Wang sebanyak 55 pound yang tersisa setelah membayar rumah
cukup untuk makan dan pengangkutan selama satu bulan.Tetangga-tetangga kami
yang sederhana sangat mencintai kami, dan kami juga mencintai mereka. Mereka
merasa kasihan melihat kemelaratan dan derita hidup kami, padahal kami berdua
adalah doktor. Sampai-sampai ada yang kata tanpa disengaja: “Ah, kami ingat para
doktor itu pasti semuanya kaya, ternyata ada juga ya yang melarat sengsara seperti
Mamduh dan isterinya.”

     Akrabnya persahabatan kami dengan para tetangga banyak mengurangi
nestapa kami. Beberapa kali tetangga kami menawarkan bantuan-bantuan kecil
layaknya seperti saudara sendiri. Ada yang menawari isteri agar menumpangkan saja
cuciannya pada mesin cuci mereka. Kerana kami memang doktor yang sibuk.

     Ada yang membelikan keperluan dapur. Ada yang membantu membersihkan
rumah. Saya sangat terkesan dengan pertolongan-pertolongan itu. Kehangatan
tetangga itu seolah pengganti kasarnya perlakuan yang kami terima dari keluarga
kami sendiri. Keluarga kami bahkan tidak terpanggil sama sekali untuk mencari dan
mengunjungi kami.

     Yang lebih menyakitkan, mereka tidak membiarkan kami hidup tenang. Suatu
malam ketika kami sedang tidur nyenyak,tiba-tiba rumah kami diketuk dengan kasar
dan ditendang oleh empat penjahat kiriman ayah saya. Mereka merosakkan segala
perkakas yang ada. Meja kayu satu-satunya mereka patah-patahkan, begitu juga
kerusi. Katil tempat kami tidur satu-satunya mereka robek-robek. Mereka mengancam
dan memaki dengan kata-kata kasar. Lalu mereka keluar dengan ancaman: “Kalian
tidak akan hidup tenang, kerana berani menentang Tuan Pasha!” Yang mereka
maksudkan dengan “tuan pasha” adalah ayah saya yang saat itu pangkatnya naik
menjadi jeneral.

     Keempat-empat banjingan itu pergi. Kami berdua berpelukan, menangis
bersama-sama berbagi nestapa dan membangun kekuatan. Lalu kami atur kembali
rumah yang hancur. Kami kumpulkan juga kapas-kapas yang berserakan, kami
masukkan dalam tilam dan kami jahit tilam yang koyak-rabak tidak karuan itu. Kami
susun semula buku-buku yang bersepah. Meja dan kerusi yang pecah itu berusaha
kami perbaiki. Lalu kami tidur kepenatan dengan tangan erat bergenggaman, seolah-
olah eratnya genggaman inilah sumber rasa aman dan kebahagiaan yang
meringankan tekanan hidup ini. Benar, firasat saya mengatakan ayah tak akan
membiarkan kami hidup tenang. Saya mendapat berita dari seorang teman bahawa
ayah telah merancang scenario keji untuk memenjarakan isteri saya berdua dengan
tuduhan wanita pelacur. Semua orang juga tahu kuatnya pegawai perisik ketenteraan
di negeri ini. Mereka berhak melaksanakan apa saja dan undang-undang berada di
bawah telapak kaki mereka. Saya hanya boleh pasrah segalanya kepada Allah
mendengar hal itu.

     Dan masya Allah! Ayah memang merancang rancangan itu dan tidak
mengurangkan niat jahatnya itu kecuali setelah seoarang teman karibku berjaya
memperdaya beliau dengan bersumpah akan berjaya memujuk saya agar
menceraikan isteri saya. Dan meminta ayah untuk bersabar dan tidak menjalankan
skenario itu, sebab kalau itu terjadi pasti pemberontakan saya akan menjadi lebih
keras dan akan berbuat lebih nekad. Tugas temanku itu adalah mengunjungi ayahku
setiap minggu sambil meminta beliau bersabar, sampai berjaya meyakinkan saya
untuk menceraikan isteriku. Inilah rancangan temanku itu untuk terus menghulur waktu,
sampai ayah turun marahnya dan melupakan rencana kejamnya. Sementara saya
dapat mempersiapkan segala sesuatu lebih matang.

     Beberapa bulan setelah itu datanglah saatnya masa wajib militer (tentera).
Selama satu tahun penuh saya menjalani wajib militer. Inilah masa yang sangat saya
takutkan, tidak ada kemasukan sama sekali yang saya terima kecuali 6 pound setiap
bulan. Dan saya mesti berpisah dengan belahan jiwa yang sangat saya cintai. Nyaris
selama satu tahun saya tidak dapat tidur kerana memikirkan keselamatan isteri
tercinta. Tetapi Allah tidak melupakan kami, Dialah yang menjaga keselamatan
hamba-hambaNya yang beriman. Isteri saya hidup selamat bahkan dia mendapat
kesempatan bekerja sementara di sebuah klinik kesihatan dekat rumah kami. Jadi
selama satu tahun ini, dia hidup berkecukupan dengan rahmat Allah.

     Selesai wajib militer, saya terus menumpahkan segenap rasa rindu pada kekasih
hati. Saat itu adalah musim bunga. Musim cinta dan keindahan. Malam itu saya tatap
matanya yang indah, wajahnya yang putih bersih. Ia tersenyum manis. Saya reguk
segala cintanya. Saya teringat puisi seorang penyair Palestin yang memimpikan hidup
bahagia dengan pendamping setia dan lepas dari belenggu derita.


Sambil menatap ke kaki langit
Kukatakan padanya
Di sana, di atas lautan pasir kita akan berbaring
Dan tidur nyenyak sampai Subuh tiba
Bukan kerana ketiadaan kata-kata
Tetapi kerana kupu-kupa kelelahan
Akan tidur di atas bibir kita
Besok, oh cintaku, besok
Kita akan bangun pagi sekali
Dengan para pelaut dan perahu layar mereka
Dan kita akan terbang bersama angin
Seperti burung-burung

***

     Yah, saya pun memimpikan yang demikian. Ingin rasanya istirehat dari nestapa
dan derita. Namun dia ternyata punya pandangan lain. Dia malah berkeras untuk
masuk program Magister bersama. Gila! Idea gila! Fikirku saat itu. Bagaimana tidak. Ini
adalah saat yang paling tepat untuk pergi meninggalkan Mesir dan mencari
pekerjaan sebagai doktor di Negara teluk, demi menjauhi permusuhan keluarga yang
tak berperasaan. Tetapi isteri saya malah terfikir untuk meraih Magister. Saya pujuk dia
untuk menghentikan niatnya. Tapi dia tetap berkeras untuk meraih Magister dan
menjawab dengan logik yang tak kuasa saya tolak:

     “Kita berdua paling berprestasi dalam angkatan dan mendapat tawaran dari
fakulti sehingga akan memperolehi keringanan dalam pembiayaan, kita harus
bersabar sebentar menahan derita untuk meraih keabadian cinta dalam
kebahagiaan. Kita sudah kepalang basah menderita, kenapa tidak sekalian kita reguk
sumsum penderitaan ini, kita sempurnakan prestasi akademik kita, dan kita wujudkan
mimpi indah kita.”

     Ia begitu tegas. Matanya yang indah tidak membiaskan keraguan atau
ketakutan sama sekali. Berhadapan dengan tekad membaja isteriku,hatiku pun luruh.
Kupenuhi ajakannya dengan perasaan takjub akan kesabaran dan kekuatan jiwanya.
Jadilah kami berdua masuk program Magister. Dan mulailah kami memasuki hidup
baru yang lebih menderita. Kemasukan hanya cukup-cukup untuk hidup, sementara
keperluan kuliah luar biasa banyaknya, dana untuk praktikal, buku dan lain-lain. Nyaris
kami hidup seperti kaum sufi. Makan hanya dengan roti isy dan air. Hari-hari yang kami
lalui lebih berat dari hari-hari awal pernikahan kami. Malam-malam kami lalui bersama
dengan perut lapar, teman setia kami adalah air paip. Ya, air paip. Masih terakam
dalam memori saya, bagaimana kami belajar bersama pada suatu malam sampai
didera rasa lapar tak terkira, kami ubati dengan air. Yang terjadi, kami malah muntah-
muntah. Terpaksa wang untuk beli buku kami ambil untuk beli pengisi perut. Siang hari,
jangan tanya, kami terpaksa puasa. Dari keterpaksaan itu terjelmalah kebiasaan dan
keikhlasan.

     Meski sedemikian melaratnya, kami merasa bahagia. Kami tidak pernah
menyesal atau mengeluh sedikit pun. Tidak pernah saya melihat isteri saya mengeluh,
menangis, sedih atau pun marah kerana suatu sebab. Kalaupun dia menangis itu
bukan menyesali nasibnya, tetapi dia lebih merasa kasihan pada saya. Dia kasihan
melihat keadaan saya yang asalnya terbiasa hidup mewah dengan selera high
class,tiba-tiba harus hidup sengsara seperti pengemis. Dan sebaliknya saya juga
merasa kasihan melihat keadaan dia, dia yang asalnya hidup selesa dan makmur
dengan keluarganya harus hidup menderita di rumah sewa yang buruk dan makan ala
kadarnya. Timbal balik perasaan ini ternyata menciptakan suasana mawaddah yang
luar biasa kuatnya dalam diri kami. Saya tidak mampu lagi melukiskan rasa sayang,
penghormatan dan cinta yang mendalam padanya.
Setiap kali saya mengangkat kepala dari buku, yang nampak di depan saya
adalah wajah isteri yang lagi serius belajar. Kutatap wajahnya dalam-dalam. Saya
kagum pada bidadari saya itu. Merasa diperhatikan, dia akan mengangkat
pandangannya dari buku, dan menatap saya penuh cinta dan senyumannya yang
khas. Jika sudah demikian, penderitaan ini terlupakan semua. Rasanya kamilah orang
paling berbahagia di dunia. “Allah menyertai orang-orang yang sabar, Sayang!”
bisiknya mesra sambil tersenyum. Lalu kami teruskan belajar dengan semangat
membara.

Allah Maha Penyayang. Usaha kami tidak sia-sia. Kami berdua meraih gelaran
Master dengan waktu tercepat di Mesir. Hanya dua tahun saja. Namun kami belum
keluar dari derita. Setelah meraih Master pun kami masih mengecap hidup susah, tidur
di atas tilam nipis dan tidak ada istilah makan enak dalam hidup kami. Sampai
akhirnya, rahmat Allah datang jua. Setelah usaha keras, kami berjaya
menandatangani kontrak kerja di sebuah rumah sakit di Kuwait. Dan untuk pertama
kalinya setelah lima tahun berselimut derita dan duka, kami mengenal hidup layak dan
tenang. Kami hidup di rumah yang mewah. Kami rasakan kembali tidur di atas tilam
empuk. Kami kenal kembali makanan lazat setelah kami tinggal sekian tahun. Dua
tahun setelah itu kami pun dapat membeli villa bertingkat dua di Heliopolis, Cairo.
Sebenarnya saya rindu untuk kembali ke Mesir setelah memiliki rumah yang sesuai.
Tetapi isteriku memang “gila”. Ia kembali mengeluarkan idea gila, iaitu idea untuk
melanjutkan program doktor spesialis di London, juga dengan alasan logik yang susah
saya tolak:
“Kita doktor yang berprestasi. Hari-hari penuh derita telah kita lalui dan kita kini
memiliki wang yang cukup untuk mengambil doktor di London. Setelah bertahun-tahun
kita hidup di lorong buruk dan kotor, tak ada salahnya kita raih sekalian tahap
akademik tertinggi sambil merasakan hidup di negara maju. Apalagi pihak rumah sakit
telah menyediakan dana tambahan.”

Ku cium kening isteriku, bismillah kita ke London. Singkatnya, dengan rahmat
Allah, kami berdua berjaya meraih gelaran doktor dari London. Saya spesialis saraf dan
isteri saya spesialis jantung. Setelah memperoleh gelaran doktor spesialis, kami
menandatangani kontrak kerja baru di Kuwait dengan gaji luar biasa besarnya.
Bahkan saya diangkat sebagai doktor ahli sekaligus direktor rumah sakitnya dan isteri
saya sebagai wakilnya. Kami juga mengajar di Universiti. Kami pun dikurniai seorang
puteri yang cantik dan cerdas. Saya namakan dia dengan nama isteri terkasih,
belahan jiwa yang menemaniku dalam suka dan duka, yang tiada henti
mengilhamkan kebajikan-kebajikan.

     Lima tahun setelah itu kami kembali ke Cairo setelah sebelumnya menunaikan
ibadah haji di Tanah Haram. Kami kembali laksana seorang raja dan permaisurinya
yang pulang dari lawatan keliling dunia. Kini kami hidup bahagia, penuh cinta dan
kedamaian setelah lebih dari sembilan tahun hidup menderita, melarat dan sengsara.
Mengenang masa lalu, maka bertambahlah rasa syukur kami pada Allah Subhanahu
wa Ta’ala dan bertambahlah rasa cinta kami. Ini cerita nyata yang ingin saya
sampaikan sebagai nasihat hidup.

     Jika hadirin sekalian ingin tahu isteri solehah yang saya cintai dan mencurahkan
cintanya dengan tulus tanpa pernah surut sejak pertemuan pertama sampai saat ini, di
kala suka dan duka, maka lihatlah wanita berjilbab biru muda yang menunduk di
barisan depan kaum ibu, tepat samping kiri artis berjilbab Huda Sulthan, dialah isteri
saya tercinta yang mengajrkan bahawa penderitaan boleh mengekalkan cinta, dialah
Prof. Shiddiqa binti Abdul Aziz!”

     Tepuk tangan bergemuruh mengiri gegak kamera video menyuting sosok
perempuan separuh baya yang nampak anggun dengan jilbab biru tuanya.
Perempuan itu sedang mengusap cucuran airmatanya. Kamera itu juga merakam
mata Huda Sulthan yang berkaca-kaca, lelehan air mata haru kedua mempelai dan
segenap hadirin yang menghayati cerita itu dengan saksama.

***************


     " Ilahi, kasihanilah hambaMu yang lemah ini,
Engkau Maha Tahu aras apa yang menimpa diriku.
Aku tak ingin kehilangan cintaMu. namun Engkau juga tahu,
hatiku ini tidak mampu mengusir pesona kecantikan seorang 
makhluk yang Engkau ciptakan.
saat ini, hamba yang lemah berhadapan dengan daya tarikan
wajah dan suaranya,
ya Ilaahi, berikanlah padaku cawan kesejukan untuk meletakkan
kesejukan embun yang menitis-nitis dalam dinding hatiku ini.
Ilahi, tuntunlah langkahku pada garis takdir yang Engkau redhai.
aku serahkan hidup matiku untukMu. "

     Isak Zahid merayu kepada Tuhan Sang Pencipta hati, cinta,
dan segala keindahan semesta.
Zahid terus menatap hiba, Hatinya yang dipenuhi gelora cinta
terus dipaksa untuk menepis noda-noda nafsu.
anehnya, semakin dia meratap embun-embun cinta itu
semakin deras air mata mengalir. Rasa cintanya kepada Tuhan
Rasa takut akan Azabnya. Rasa cinta dan rindunya kepada Arifah
Dan rasa tidak ingin kehilangannya. semua bercampur dan mengalir
sedemikian hebat dalam relung hatinya.
Dalam puncak munajatnya..........................






Read More . .

PUISI KEHIDUPAN


Hari hari lewat, pelan tapi pasti
Hari ini aku menuju satu puncak tangga yang baru
Karena aku akan membuka lembaran baru
Untuk sisa jatah umurku yang baru
Daun gugur satu-satu

Semua terjadi karena ijin Allah

Umurku bertambah satu-satu
Semua terjadi karena ijin Allah
Tapi… coba aku tengok kebelakang
Ternyata aku masih banyak berhutang
Ya, berhutang pada diriku
Karena ibadahku masih pas-pasan

Kuraba dahiku

Astagfirullah, sujudku masih jauh dari khusyuk
Kutimbang keinginanku….
Hmm… masih lebih besar duniawiku
Ya Allah

Akankah aku masih bertemu tanggal dan bulan yang sama di tahun depan?

Akankah aku masih merasakan rasa ini pada tanggal dan bulan yang sama di tahun depan?
Masihkah aku diberi kesempatan?
Ya Allah….

Tetes air mataku adalah tanda kelemahanku

Rasa sedih yang mendalam adalah penyesalanku
Astagfirullah…

Jika Engkau ijinkan hamba bertemu tahun depan

Ijinkan hambaMU ini, mulai hari ini lebih khusyuk dalam ibadah…
Timbangan dunia dan akhirat hamba seimbang…
Sehingga hamba bisa sempurna sebagai khalifahMu…
Hamba sangat ingin melihat wajahMu di sana…
Hamba sangat ingin melihat senyumMu di sana…

Ya Allah,

Ijikanlah

chairil anwar )




Read More . .

Kamis, 08 November 2012

Imaginary message from the year 2070

Aku hidup di tahun 2070...

Aku berumur 50 tahun, tetapi kelihatan seperti sudah seperti 85 tahun..

aku mengalami banyak masalah kesehatan,,
terutama masalah ginjal, karena aku minum sangat sedikit air putih..

Aku pikir aku tidak akan hidup lebih lama lagi..

sekarang, aku adalah orang yang paling tua dilingkungan ku..

Aku teringat disaat aku berumur 5 tahun,

semua sangat berbeda..

Masih banyak pohon di hutan dan tanaman hijau di sekitar ku,,

setiap rumah mempunyai halaman dan taman yang indah, dan aku sangat suka
bermain air dan mandi se puasnya..

Sekarang, kami harus membersihkan diri hanya dengan handuk sekali pakai

yang dibasahi dengan minyak mineral..

Sebelumnya, rambut yang indah adalah kebanggaan semua perempuan..

Sekarang, kami harus mencukur habis rambut untuk membersihkan kepala
tanpa menggunakan air..

Sebelumnya, ayahku mencuci mobilnya dengan menyemprotkan air langsung

dari keran ledeng..

Sekarang, anak-anak tidak percaya bahwa dulunya air bisa digunakan untuk

apa saja..

Aku masih ingat sekali ada pesan yang mengatakan..

" JANGAN MEMBUANG AIR "
tapi, tak seorangpun memperhatikan pesan tersebut..

Orang beranggapan bahwa air tidak akan pernah habis

karena persediaan yang tidak terbatas,,
sekarang, sungai, danau, bendungan dan air bawah tanah semuanya telah tercemar
atau sama sekali kering..
Pemandangan sekitar yang terlihat hanyalah gurun-gurun pasir yang tandus..

Infeksi saluran pencernaan, kulit dan penyakit saluran kencing

sekarang menjadi penyebab kematian nomor satu..

Industri mengalami kelumpuhan, tingkat pengangguran mencapai angka yang

sangat dramatik..
Pekerja hanya dibayar dengan segelas air minum per harinya..

Banyak orang menjarah air ditempat-tempat yang sepi..

80 % makanan adalah makanan sintesis..

Sebelumnya, rekomendasi umum untuk menjaga kesehatan adalah
meminum air sedikitnya 8 gelas air putih setiap hari..

Sekarang, aku hanya bisa minum setengah gelas setiap hari..

Sejak air menjadi barang langka, kami tidak mencuci baju,
pakaian bekas pakai langsung dibuang, yang kemudian menambah jumlah sampah..
kami menggunakan septic tank untuk membuang air,
seperti pada masa lampau, karena tidak ada air..

Manusia pada zaman kami terlihat sangat menyedihkan..
tubuh yang sangat lemah, kulit yang pecah-pecah akibat dehidrasi,
ada banyak koreng dan luka akibat banyak terpapar sinar matahari
karena lapisan OZON dan atmosfir bumi semakin habis..

Karena keringnya kulit,
wanita berusia 20 tahun terlihat seperti telah berusia 40 tahun..
para ilmuwan telah melakukan berbagai Investigasi dan penelitian,
tetapi tidak menemukan jalan keluar..

Manusia tidak bisa membuat air..

Sedikitnya jumlah pepohonan dan tumbuhan hijau membuat ketersediaan oksigen sangat berkurang,
yang membuat turunnya kemampuan intelegensi generasi mendatang..

Marphology manusia mengalami perubahan..
yang menghasilkan anak-anak dengan berbagai masalah
defisiensi, murasi, dan malformasi..

Pemerintah bahkan membuat pajak atas udara yang kami hirup
137 m3 per orang per hari { 31,102 galon }

Bagi yang tidak bisa membayar pajak ini
akan dikeluarkan dari " kawasan ventilasi "
yang dilengkapi dengan peralatan paru-paru mekanik raksasa bertenaga surya
yang menyuplai oksigen..

Udara yang tersedia didalam " kawasan ventilasi " tidak berkualitas baik,
tetapi setidaknya menyediakan oksigen untuk bernafas..
umur hidup manusia rata-rata adalah 35 tahun..

Beberapa negara yang masih memiliki pulau bervegetasi
mempunyai sumber air sendiri..
kawasan ini dijaga dengan ketat oleh pasukan bersenjata..
air menjadi barang yang sangat langka dan berharga,
melebihi emas atau permata..

Disini, di tempatku tidak ada lagi pepohonan karena sangat jarang turun hujan..
kalaupun hujan, itu adalah hujan asam..

Tidak dikenal lagi adanya musim..
Perubahan iklim secara global terjadi di abad
20 akibat efek rumah kaca dan polusi..

Kami sebelumnya telah diperingatkan bahwa sangat penting untuk
menjaga kelestarian alam, tetapi tidak ada yang memperdulikannya..

Pada saat anak perempuanku bertanya bagaimana ketika aku masih kecil dulu,
aku menggambarkan bagaimana indahnya hutan dan alam sekitar yang masih hijau..

Aku menceritakan bagaimana indahnya hujan,
bunga, asyiknya bermain air, memancing di sungai, dan bisa minum sebanyak yang kita mau..
aku menceritakan bagaimana sehatnya manusia pada masa itu..

dia bertanya..
- ayah..! mengapa tidak ada air lagi sekarang..?
aku merasa seperti ada yang menyumbat tenggorokan ku..

Aku tidak dapat menghilangkan perasaan bersalah,
karena aku berasal dari generasi yang menghancurkan alam dan lingkungan
dengan tidak mengindahkan secara serius pesan-pesan pelestarian,
dan banyak orang lain juga..!!

Aku berasal dari generasi yang sebenarnya bisa merubah keadaan..
tetapi tidak ada seorangpun yang melakukannya..

Sekarang, anak dan keturunan ku yang harus menerima akibatnya..

Sejujurnya, dengan situasi ini di kehidupan di planet bumi tidak akan lama lagi punah..
karena kehancuran alam akibat ulah manusia sudah mencapai titik akhir..

aku berharap untuk bisa kembali ke masa lampau
dan meyakinkan manusia untuk mengerti apa yang akan terjadi..

Pada saat itu masih ada kemungkinan dan waktu bagi kita untuk
melakukan upaya menyelamatkan planet bumi ini..!!

Kesadaran global dan aksi nyata akan pentingnya melestarikan
air dan lingkungan harus dimulai dari setiap orang..

Persoalan ini adalah serius dan sebagian sudah menjadi hal yang nyata
dan terjadi disekitar kita..
lakukan semua itu demi generasi yang akan datang..

AIR DAN BUMI DEMI MASA DEPAN..!






Read More . .

Selasa, 09 Oktober 2012

Ketahui 7 Sikap Wanita Dengan Melihat Cara Berjalan


1. Kelihatan Seperti Tidak Memijak Tanah

Golongan wanita yang jalannya berginjat, wanita ini kononnya bersifat tidak jujur, mulutnya laser dan menyinggung perasaan orang lain terutamanya ketika berbual. Dia juga dikatakan terkenal dengan sikap egonya. Dan yang lebih parah, wanita ini biasanya seorang yang boros atau suka membazir tanpa berfikir sebelum berbelanja. Tapi jangan berkecil hati, kerana wanita seperti ini biasanya menjadi pujaan ramai lelaki.
2. Sering Menoleh Ke Kanan Dan Kiri
Wanita yang berjalan seperti ini biasanya pandai menyimpan rahsia. Walaupun ramai yang menganggap wanita yang berjalan seperti ini tidak jujur, suka menipu teman sendiri, dan merugikan teman bualnya, namun, ramai lelaki yang berusaha untuk menakluk hatinya. Kononnya wanita seperti ini senang diatur dan diuruskan.
3. Suka Menunduk
Wanita seperti ini katanya memiliki sifat yang tertutup. Dia hanya akan berbual dengan orang-orang yang rapat dengannya dan boleh dipercayai. Wanita seperti ini biasanya sukar untuk ditawan hatinya. Di samping sikapnya yang dingin, wanita seperti ini tidak peduli dengan percintaan. Namun, jika ada lelaki yang berjaya menawan hatinya, dijamin lelaki itu akan beroleh kebahagiaan. Ini kerana, wanita jenis ini sangat setia, dan dia tidak akan mengkhianati lelaki yang dicintainya.
4. Berjalan Menatap Lurus Ke Depan
Mereka yang berjalan seperti ini biasanya memiliki pendirian yang teguh, dan bukannya mudah hendak menggoncangkan imannya. Jangan sekali-sekali menentang apa yang pernah dikatanya, jika anda tidak mahu mendengar dia berleter panjang lebar. Meskipun pendiriannya teguh, tapi dia selalu berselisih pendapat. Jadi tak hairanlah kalau wanita seperti ini hanya mahu berbual dengan orang yang perpengalaman luas.
5. Badan Bergerak ke Kanan dan Kiri
Wanita yang berjalan dengan gaya yang sedemikian selalunya bersikap tidak ambil kisah dengan masalah yang berlaku. Apa pun masalah yang ada dihadapannya, dia menganggap itu sebagai perkara kecil. Walhal masalah itu sebenarnya agak rumit dan memerlukan kebijaksanaan untuk diselesaikan. Kerana sifatnya yang suka ambil mudah ini, banyak persoalan yang akhirnya tidak dapat diselesaikan dan akibatnya merugikan dirinya sendiri.
6. Badan Nampak Tegak
Wanita ini tegas dalam menentukan sesuatu. Dia tidak mahu urusan peribadinya dicampur oleh orang lain. Gaya bicaranya selalu serius seperti ingin menunjukkan dia memiliki pendirian teguh. Dan yang menarik tentang wanita ini, dia bertanggungjawap terhadap apa yang pernah dilakukannya. Dia menyenangi lelaki yang berdikari tanpa menghilangkan sifat-sifat romantiknya.
7. Berjalan seperti Zirafah
Maksudnya, ketika melangkahkan kaki, badannya kelihatan bergerak ke depan dan ke belakang. Wanita jenis ini sangat lemah perasaannya. Dia seorang yang mudah terasa dan mudah tersinggung. Jadi, jika berbual dengan wanita seperti ini sedikit sebnayak kenalah menjaga perasaannya agar tidak tersinggung, kerana wanita ini mudah mengalirkan air mata.
Panduan ini bukanlah semata mata hanya berguna untuk lelaki tapi boleh jugak di jadikan peringatan kepada wanita wanita diluar agar berjalan dengan sopan. Macam biasa, tip ini hanya panduan bukan semestinya betul dan setiap individu adalah berlainan. Sekian. Wallahualam.


Read More . .